Saturday, June 1, 2013

Ibadah Nabi Hud Dalam Lintasan Sejarah



Nabi Hud (BerdakwahTanpa Meminta Upah)
Adalah bapak dari suatu kaum yang hidup di jazirah Arab. Tepatnya, di daerah Al-Ahqaf. Daerah ini terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Oman. Mereka tinggal di tenda-tenda yang memiliki tiang-tiang yang besar. Kaum ‘Ad memiliki otot yang kekar. Tubuh mereka tinggi besar. Mereka hidup makmur. Mereka tinggal di daerah yang subur. Sumber-sumber air mengalir di banyak tempat. Keadaan ini sangat memudahkan mereka untuk bercocok tanam. Bidang pertanian mereka pun berkembang pesat.
Perkampungan kaum ‘Ad sangat indah. Kebun-kebun terhampar luas. Taman-taman menghijau indah. Tak ada kekurangan sandang, pangan, dan papan. Tidak mengherankan pertumbuhan penduduk kaum ‘Ad sangat pesat. Mereka menjadi suku terbesar. Jumlah mereka jauh melampaui suku-suku yang ada di sekitarnya. Kehidupan kaum ‘Ad sangat makmur dan sejahtera. Perekonomian berkembang pesat. Gedung-gedung berdiri megah. Sayangnya, mereka hidup bermewah-mewah. Tiada hari tanpa berfoya-foya. Kekayaan menjadi kesombongan. Harta menjadi tujuan. Uang menjadi kebanggaan. Apapun dilakukan demi uang.
Kekayaan membuat mereka lupa daratan. Mereka lupa akan Sang Pencipta. Padahal, Dialah yang telah memberi mereka kesejahteraan. Mereka abaikan tugas utama di dunia, yaitu beribadah kepada-Nya. Ada sebagian kaum ‘Ad yang sadar akan semua itu. Namun, mereka salah menempuh jalan. Mereka tidak beribadah kepada Allah Yang Maha Esa. Mereka malah membuat patung-patung. Patung-patung inilah yang kemudian mereka sembah.
Kaum ‘Ad adalah kaum yang pertama menyembah berhala setelah badai meluluhlantakkan kaum Nuh. Patung-patung itu piberi nama. Ada nama Shada, Shamup, Al-Haba, dan sebagainya. Singkatnya, kaum ‘Ad telah menjadi budak. Keadaan mi membuat mereka tak bisa tenang. Kehidupan mereka semakin kacau. Akhlak sama sekali dikesampingkan. Kekayaan pan kekuatan justru semakm berperan. Kesewenang-wenangan di masyarakat kian merajalela. Kesombongan, kedengkian, kebencian, dendam kesumat semakin subur. Tidak Ada lagi kasih sayang, kejujuran, amanat, dan kerendahhatian.
Ø Berdakwah Tanpa Meminta Upah
Bisa saja Allah menghancurkan kaum ‘Ad seketika. Mereka .sudah jauh menyimpang. Namun, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kasih sayangnya jauh melampaui murka-Nya. Kemudian, Allah mengutus .seorang nabi. Tugas utama sang nabi tak jauh berbeda. Menyampaikan ajaran tauhid, mencontohkan ibadah yang benar, dan meluruskan akhlak kaum (Ad.ltulah jalan yang lurus. Sang nabi berasal dari kaum ‘Ad sendiri. dialah Hud. Nasabnya bersambung ke Sam, putra Nuh.
Sejak kecil, Hud .sudah dikenal berakhlak baik. la memiliki perilaku yang santun dan akhlak yang luhur. Orang-orang senang bergaul dengannya. Wajar, kalau teman-temannya banyak. Negeri kaum ‘Ad memang subur. Kesuburan membawa kemakmuran. Sayangnya, kemakmuran tidak membuat kaum ‘Ad bersyukur. Padahal, kesuburan ini merupakan anugerah Allah. Air mengalir, pohon-pohon berderet, dan gunung-gunung menjulang. demikian indah pemandangan negeri kaum (Ad. lnilah yang kemudian menjadi saran dakwah Hud.
Hud mulai berpakwah. disampaikannya bahwa Allah Adalah Sang Pencipta. Alam mi piciptakan pan piatur oleh-Nya. Manusia hanya bisa menggunakan.ltu sebabnya, segala kenikmatan di alam ini merupakan anugerah-Nya. Sudah sepatutnya, kaum ‘Ad bersyukur. Hanya kepada Allah seharusnya mereka beribadah. Bukan malah menyembah patung-patung. Patung-patung ini tidak bisa menciptakan. Bahkan, patung-patung itulah yang diciptakan oleh mereka. Jadi, mestinya manusia yang menciptakan itu lebih mulia ketimbang patung-patung yang diciptakan. Tidak semestinya manusia yang lebih mulia itu merendahkan diri di depan patung-patung yang tak berdaya. Nabi Hud memperkenalkan diri bahwa ia adalah rasul Allah. la mengemban tugas untuk membimbing kaum ‘Ad ke jalan yang lurus Kaum ‘Ad semestinya beriman kepada Allah Allah. yang menghidupkan dan mematikan mereka Allah yang memberi mereka kemakmuran.
Ditegaskan bahwa ia tidak mengharapkan upah. Dakwah dilakukan semata-mata karena Allah. ia hanya menjalankan perintah-Nya Tugasnya ialah memberi peringatan dan kabar gembira Peringatan, jangan sampai kaum ‘Ad mendapat azab Allah, baik di dunia maupun di akhirat Dan kabar gembira bagi siapa pun yang menuruti ajakannya.
Jangan sampai kaum ‘Ad ditimpa azab Kebinasaan kaum Nuh seharusnya dijadikan pelajaran. Allah menenggelamkan kaum Nuh dengan air bah Pasalnya, kaum Nuh durhaka kepada Allah mereka menolak seruan Nabi Nuh mereka bersikukuh dalam kesesatan.
Ø Ibadah
Kadangkala ketika kita lelah menghadapi aneka masalah hidup di dunia, kita sering bertanya, “sesungguhnya apakah tujuan kita dihidupkan?” Bahkan tidak jarang orang-orang yang menderita penyakit parah berkepanjangan juga melontarkan pertanyaan serupa. Namun pertanyaan tersebut di luar dugaan pernah terlontar pula dari seseorang yang kaya raya. Padahal uangnya melimpah dan setiap hari berfoya-foya. Tetapi ternyata rutinitas yang menggembirakan itu  membuatnya berkalang jenuh. Pada batas kesadarannya ia pun mengajukan pertanyaan yang sama.
Akan tetapi bagi orang yang beriman, dalam keadaan bagaimana pun, tujuan hidupnya sangatlah jelas yaitu untuk beribadah.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz Zariyat: 56) ” … oleh sebab itu sembahlah Dia dan teguhlah untuk menyembah-Nya.” (QS. Maryam: 65).
 Jika miskin ia akan berusaha sekuat tenaga mencari nafkah, karena bekerja itu ibadah. Apabila kaya-raya, ia juga bisa memanfaatkan harta tersebut untuk beribadah kepada Allah SWT dengan meringankan beban fakir miskin dan anak-anak yatim.
Sekalipun beribadah itu tujuan hidup kita, namun janganlah berlebihan. Abdullah ibnu ‘Amr ra. mengungkapkan, bahwa Nabi saw. bertanya kepadanya, “Aku telah mendengar berita bahwa engkau senantiasa sholat sepanjang malam, dan selalu berpuasa di siang harinya.“Abdullah ibnu ‘Amr menjawab, “Ya aku mengerjakan hal tersebut.” Lalu Rosulullah saw. bersabda, “Sungguh jika engkau mengerjakan hal itu niscaya matamu mengantuk dan tubuhmu lemah. Sungguh engkau berkewajiban memenuhi hak tubuhmu dan keluargamu, karena itu berpuasalah dan berbukalah. Sholatlah dan tidurlah“. (HR Syaikhon)
Aisyah ra. menuturkan, bahwa Nabi saw. datang untuk menggilirinya. Pada saat itu Aisyah sedang bersama seorang wanita. Nabi saw. bertanya, “Siapakah wanita ini?” Aisyah menuturkan, “Ya Rosulullah, dia adalah penduduk Madinah yang paling banyak ibadahnya. Dia tidak pernah tidur malam.” Nabi Muhammad Rosulullah saw. bersabda, “Kerjakanlah ibadah menurut kemampuan kalian. Demi Allah, Dia tidak akan bosan sehingga kalian sendirilah yang bosan. Amal ibadah yang paling disukai oleh Allah SWT adalah yang dikerjakan secara terus-menerus“. (HR Lima Ahli Hadits kecuali Tirmidzi).
Kedua hadits di atas menegaskan bahwa kita tidak diperbolehkan ibadah secara berlebihan hingga tidak tidur malam. Sebab ibadah yang paling disukai Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus (rutin/berkelanjutan) walaupun sedikit. Misalnya sholat dhuha cukup dua rokaat saja, namun dilakukan setiap hari. Atau sholat tahajud sebanyak dua rokaat saja, tetapi dilakukan setiap malam. Demikian juga dengan ibadah membaca Al Qur-an harus dilakukan secara rutin setiap hari, walaupun yang dibaca hanya satu ‘ain (ruku’). Hal itu ditegaskan dalam hadits berikut ini. Aisyah mengemukakan, Rosulullah saw. pernah ditanya (oleh seseorang), “Amal apakah yang paling disukai oleh Allah?” Lalu Rosulullah saw. menjawab, “Yang terus menerus dilakukan sekalipun sedikit.” (HR Syaikhon d Tirmidzi).
Ø Makna Ibadah
Apakah ibadah itu? Ditinjau dari segi bahasa, ibadah memiliki arti taat atau patuh atau menurut. Para ahli tauhid mengartikan ibadah dengan meng-Esakan Allah serta menundukkan diri dan jiwa kita kepada-Nya. Makna ini didasarkan pada ayat, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.” (QS. An Nisa’: 36). Namun ibadah, menurut Ahli fiqih, adalah apa yang kita kerjakan untuk meraih keridhoan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat kelak.
Agar ibadah kita itu mendapatkan ridho dari Allah SWT, maka ada dua syarat yang harus dipenuhi.
1. Sah. Maksudnya perbuatan ibadah (misalnya sholat atau puasa atau haji yang kita kerjakan) tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum Islam.
2. Ikhlas, yakni mengerjakannya semata-mata karena Alllah. Bukan karena mengharap dipuji oleh sesama manusia. Katakanlah (Hai Muhammad), “Sesungguhnya aku diperintahkan agar menyembah Allah dan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.” (QS. Az Zumar: 11-12).

Ø Macam-macam Ibadah
Praktek ibadah sangatlah beragam, tergantung dari sudut mana kita meninjaunya.
1. Dilihat dari segi umum dan khusus, maka ibadah dibagi dua macam:
a) Ibadah Khoshoh adalah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan dalam nash (dalil/dasar hukum) yang jelas, yaitu sholat, zakat, puasa, dan haji;
b) Ibadah Ammah adalah semua perilaku baik yang dilakukan semata-mata karena Allah seperti bekerja, makan, minum, dan tidur sebab semua itu untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan jasmani supaya dapat mengabdi kepada Allah SWT.
2. Ditinjau dari kepentingan perseorangan atau masyarakat, ibadah ada dua macam:
a) ibadah wajib (fardhu) seperti sholat dan puasa;
b) ibadah ijtima’i, seperti zakat dan haji.
3. Dilihat dari cara pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi tiga:
a) ibadah jasmaniyah dan ruhiyah (sholat dan puasa)
b) ibadah ruhiyah dan amaliyah (zakat)
c) ibadah jasmaniyah, ruhiyah, dan amaliyah (pergi haji)
4. Ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi:
a) ibadah yang berupa pekerjaan tertentu dengan perkataan dan perbuatan, seperti sholat, zakat,puasa, dan haji;
b) ibadah yang berupa ucapan, seperti membaca Qur’an, berdoa, dan berdzikir;
c) ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membela diri, menolong orang lain, mengurus jenazah, dan jihad;
d) ibadah yang berupa menahan diri, seperti ihrom, berpuasa, dan i’tikaf (duduk di masjid); dan
e) ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan hutang, atau membebaskan hutang orang lain.
Apapun macam ibadah yang akan kita lakukan, yang pasti selalu menghadapi godaan baik yang berasal dari hawa nafsu kita sendiri maupun dari setan. Antara lain: perasaan malas yang luar biasa. Selain itu yang lebih penting untuk diingat adalah, janganlah sekali-kali kita menghalangi orang lain untuk beribadah. Sebab ancaman hukumannya dari Allah SWT luar biasa pedihnya. Orang yang menghalangi orang beribadah mendapat siksaan dunia akhirat.
 Dan siapakah yang lebih aniaya (selain) dari orang-orang yang menghalangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu fidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut. Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat azab yang besar.” (QS. Al Baqarah: 114).





No comments: